Berkat & Tanggung Jawab
Di Kitab Kejadian, kita membaca bagaimana Tuhan menciptakan bumi beserta segala isinya. Alkitab bahkan mendeskripsikan bahwa semua yang Ia ciptakan itu sangat baik, termasuk manusia sendiri. Tuhan kemudian memberikan mandat kepada manusia untuk beranak cucu, memenuhi bumi, dan menguasai serta memelihara bumi dan seisinya. Bahkan setelah manusia jatuh ke dalam dosa pun, mandat itu tidak dicabut. Pernahkah Anda merenungkan, mengapa Ia harus memberikan tanggung jawab tersebut kepada manusia yang terbatas itu jika Ia sendiri sebenarnya bisa melakukan semua tugas memelihara dunia itu dengan hasil yang sangat baik?
Kita bisa mendapati dua hal yang bisa kita renungkan dari alasan Allah melakukan hal ini. Pertama, Allah senang memakai kita dan bekerja sama dengan kita. Ia tidak menciptakan kita sekadar sebagai hiasan tapi dengan kemampuan untuk melakukan hal-hal yang memuliakan Dia. Dua, sekalipun Ia memakai kita, tapi kemampuan kita hanya berasal dari Dia saja. Bukankah hal yang sama juga Ia lakukan saat turun ke dunia sebagai Yesus Kristus? Lihatlah bagaimana justru para nelayan, pemungut cukai, dan orang-orang sederhana yang dipilih Yesus menjadi murid-Nya dan bukan orang yang secara manusia lebih punya kemampuan untuk mengubah dan memenangkan dunia dengan Injil. Dari orang-orang sederhana itu, Ia memperlengkapi mereka dengan kuasa luar biasa.
Lalu, apa yang harus para murid lakukan? Apakah kemudian karena sudah mendapat anugerah kuasa, maka mereka santai saja? Tidak. Mereka harus giat bekerja! Mereka harus bertumbuh (ay. 15). Ya, mendapat berkat bukan berarti bersantai dan tak melakukan apa-apa. Berkat memang bukan hasil usaha kita, tapi diberkati bukan berarti tidak mau berusaha. Di dalam Kristus, kita semua sudah diperlengkapi dengan talenta dan potensi untuk menjadikan hidup kita memuliakan Tuhan. Namun, sudahkah kita memiliki sikap yang benar dalam menerimanya? Ataukah kita justru menjadi batu sandungan karena kita justru bersikap seenaknya karena merasa diberkati? Hidup dalam anugerah adalah hidup yang harus menjadi teladan bagi sesama. Amin?
Hidup dalam anugerah bukan berarti hidup bersantai dan seenaknya.
Tidak ada komentar: