Rencana Tuhan Bukan Yang Selalu Teraman Dan Ternyaman, Namun Yang Terbaik
7 bulan lalu saya pindah ke tempat pekerjaan baru. Tentunya ketika kita pindah ke tempat kerja yang baru, bukan hanya tempat dan lingkungan saja yang berbeda, namun teman-teman dan tantangan dalam pekerjaan pun akan berbeda.
Bulan-bulan pertama saya bekerja di kantor baru, saya mengalami banyak hal yang membuat saya berfikir untuk give up dan mundur dari pekerjaan ini. Belum lagi ada salah satu rekan kerja saya yang sering sekali—di mata saya—membuat saya kesal. Contohnya, ketika saya sedang mengerjakan projek saya, orang ini datang dan berkata “kok simple banget sih yang kamu kerjain?” atau seperti “jangan pressureElys, dia kan masih amartir”. Komentar-komentar inilah yang terkadang membuat saya sakit hati dan kesal. Rasa sakit hati yang saya tumpuk ini malah mengakar dan mengakibatkan saya menjadi marah dan “memusuhi” rekan kerja saya ini. Saya mogok bicara dan bahkan sebisa mungkin menghindari interaksi dalam bentuk apapun dengan dia.
Namun hal-hal yang saya lakukan ini bukan merupakan hal yang memperbaiki situasi—malah sebaliknya mengkeruhkan situasi. Situasi di kantor jadi semakin tidak enak karena saya dan rekan kerja saya ini jarang berinteraksi. Tidak adanya komunikasi yang baik dengan satu sama lain juga memicu pikiran-pikiran negatif di kepala saya ini untuk bebas berimajinasi. Ditambah lagi, saya jadi kurang semangat untuk datang ke kantor karena saya tidak merasa damai dan suka cita.
Bulan-bulan pertama saya bekerja di kantor baru, saya mengalami banyak hal yang membuat saya berfikir untuk give up dan mundur dari pekerjaan ini. Belum lagi ada salah satu rekan kerja saya yang sering sekali—di mata saya—membuat saya kesal. Contohnya, ketika saya sedang mengerjakan projek saya, orang ini datang dan berkata “kok simple banget sih yang kamu kerjain?” atau seperti “jangan pressureElys, dia kan masih amartir”. Komentar-komentar inilah yang terkadang membuat saya sakit hati dan kesal. Rasa sakit hati yang saya tumpuk ini malah mengakar dan mengakibatkan saya menjadi marah dan “memusuhi” rekan kerja saya ini. Saya mogok bicara dan bahkan sebisa mungkin menghindari interaksi dalam bentuk apapun dengan dia.
Namun hal-hal yang saya lakukan ini bukan merupakan hal yang memperbaiki situasi—malah sebaliknya mengkeruhkan situasi. Situasi di kantor jadi semakin tidak enak karena saya dan rekan kerja saya ini jarang berinteraksi. Tidak adanya komunikasi yang baik dengan satu sama lain juga memicu pikiran-pikiran negatif di kepala saya ini untuk bebas berimajinasi. Ditambah lagi, saya jadi kurang semangat untuk datang ke kantor karena saya tidak merasa damai dan suka cita.
Pada saat itu, ada titik dimana saya merasa harus ada sesuatu yang kita lakukan agar bisa memperbaiki situasi yang telah menjadi keruh ini, agar juga bisa membangkitkan semangat saya untuk bisa datang ke kantor dengan rasa damai dan suka cita. Saya mengadu kepada Tuhan, membagikan keluh kesah saya kepada Tuhan dan membawa hubungan saya dengan rekan kerja saya ini kedalam doa. Saya berharap Tuhan dapat menolong saya untuk memperbaiki hubungan saya dengan rekan kerja saya ini yang boleh dibilang sudah cukup retak.
Singkat cerita, tidak berapa lama kemudian restrukturisasi di kantor terjadi. Sebelumnya saya dan rekan kerja saya ini bekerja di bidang yang cukup berbeda sehingga sebenarnya tidak begitu banyak interaksi yang dibutuhkan kesehariannya. Dikarenakan adanya restrukturisasi, hal yang mengejutkan terjadi. Rekan kerja saya ini dipindahkan ke departemen yang sama dengan saya. Bukan hanya itu, kami di jadikan sebagai partnerdalam sebuah projek di kantor. Jujur saja, ketika saya mendengar berita ini, saya bukan merasa menjadi senang dan bahagia. Saya bertanya kepada Tuhan, “Tuhan ini maksudnya apa ya? Tuhan kan sudah tahu bahwa saya itu tidak suka dengan dia, namun kenapa malah Engkau menempatkan dia di dekat saya dan malah menjadikan dia sebagai partner projek saya.” Pada saat itu saya menjadi sedikit was-was, apakah rencana Tuhan ini merupakan rencana yang terbaik bagi saya. Namun, karena teringat dengan ayat:
Yeremia 29:11
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera, dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
Singkat cerita, tidak berapa lama kemudian restrukturisasi di kantor terjadi. Sebelumnya saya dan rekan kerja saya ini bekerja di bidang yang cukup berbeda sehingga sebenarnya tidak begitu banyak interaksi yang dibutuhkan kesehariannya. Dikarenakan adanya restrukturisasi, hal yang mengejutkan terjadi. Rekan kerja saya ini dipindahkan ke departemen yang sama dengan saya. Bukan hanya itu, kami di jadikan sebagai partnerdalam sebuah projek di kantor. Jujur saja, ketika saya mendengar berita ini, saya bukan merasa menjadi senang dan bahagia. Saya bertanya kepada Tuhan, “Tuhan ini maksudnya apa ya? Tuhan kan sudah tahu bahwa saya itu tidak suka dengan dia, namun kenapa malah Engkau menempatkan dia di dekat saya dan malah menjadikan dia sebagai partner projek saya.” Pada saat itu saya menjadi sedikit was-was, apakah rencana Tuhan ini merupakan rencana yang terbaik bagi saya. Namun, karena teringat dengan ayat:
Yeremia 29:11
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera, dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
Saya memutuskan untuk mengikuti jalan Tuhan. Dengan iman saya percaya—walaupun mungkin saya merasa tidak nyaman dengan situasi ini, namun saya percaya Tuhan itu lebih tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah ini dari pada saya. Walaupun jalan-Nya terkadang terlihat aneh dan diluar jalan pikiran kita, namun saya yakin jalan-Nya yang unik ini akan membukakan perspektif yang baru dalam hidup saya.
Hari pertama di tempatkan diruangan bersama, kita tidak berbicara banyak dengan satu sama lain. Kita hanya berinteraksi secukupnya saja. Lalu hari kedua, ketiga, keempat dan seterusnya….perlahan-lahan situasi mulai mencair. Seiring waktu berjalan, kita saling sharingbukan hanya tentang pekerjaan, namun juga tentang kehidupan personal kita. Dari situ, saya perlahan-lahan mulai mengerti cara pikir, cara pandang, cara beropini rekan kerja saya ini. Mungkin terkadang caranya menyampaikan sesuatu tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan, atau tidak sesuai dengan gaya saya. Namun, ketika saya ngobrol, mencoba mengenal dia… saya menjadi tersadar bahwa dia bukanlah orang yang jahat. Cara penyampaiannya yang berbeda, bukan berarti dia yang salah. Mungkin terkadang saya yang sebenarnya salah menginterpretasikan kalimat-kalimat yang diutarakannya. Bukan malah bertanya apa maksud dari perkataan rekan kerja saya ini, saya malah bebas berimajinasi dengan interpretasi saya yang sebagian besar dikuasai oleh pikiran negatif. Mungkin bisa saja dia sedang bercanda pada saat ia mengatakan hal yang membuat saya sakit hati, atau mungkin kata-kata pedas yang dilontarkannya itu adalah cara dia mengungkapkan kepeduliannya terhadap saya. Kritik-kritik yang sedikit pedas namun sebenarnya bertujuan untuk membangun dan menolong kita.
Pelan-pelan komunikasi mulai terjalin antara kita, hubungan pertemanan kita semakin membaik dan bahkan sekarang kita sering bercanda bersama dan boleh dibilang kita menjadi teman yang cukup akrab di kantor. Dipasangkan dalam sebuah projek bersama semula terkesan akan menambah masalah dan merusak hubungan antara kita, namun hal yang tejadi malah sebaliknya. Saya dan rekan kerja saya menjadi lebih akrab dan tidak sabar lagi untuk bisa dipasangkan dalam projek-projek lainnya di kemudian hari. Seringkali apa yang direncanakan Tuhan boleh dibilang cukup aneh dan diluar dugaan kita, namun kita harus meresponi rencana Tuhan ini dengan sebuah rasa keihkalasan, rasa syukur, pikiran yang selalu positif dan rasa percaya bahwa rencana ini tergenapi karena Tuhan mengetahui dengan jelas apa yang terbaik untuk kita!
1 Tesalonika 5:18
“mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”
Hari pertama di tempatkan diruangan bersama, kita tidak berbicara banyak dengan satu sama lain. Kita hanya berinteraksi secukupnya saja. Lalu hari kedua, ketiga, keempat dan seterusnya….perlahan-lahan situasi mulai mencair. Seiring waktu berjalan, kita saling sharingbukan hanya tentang pekerjaan, namun juga tentang kehidupan personal kita. Dari situ, saya perlahan-lahan mulai mengerti cara pikir, cara pandang, cara beropini rekan kerja saya ini. Mungkin terkadang caranya menyampaikan sesuatu tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan, atau tidak sesuai dengan gaya saya. Namun, ketika saya ngobrol, mencoba mengenal dia… saya menjadi tersadar bahwa dia bukanlah orang yang jahat. Cara penyampaiannya yang berbeda, bukan berarti dia yang salah. Mungkin terkadang saya yang sebenarnya salah menginterpretasikan kalimat-kalimat yang diutarakannya. Bukan malah bertanya apa maksud dari perkataan rekan kerja saya ini, saya malah bebas berimajinasi dengan interpretasi saya yang sebagian besar dikuasai oleh pikiran negatif. Mungkin bisa saja dia sedang bercanda pada saat ia mengatakan hal yang membuat saya sakit hati, atau mungkin kata-kata pedas yang dilontarkannya itu adalah cara dia mengungkapkan kepeduliannya terhadap saya. Kritik-kritik yang sedikit pedas namun sebenarnya bertujuan untuk membangun dan menolong kita.
Pelan-pelan komunikasi mulai terjalin antara kita, hubungan pertemanan kita semakin membaik dan bahkan sekarang kita sering bercanda bersama dan boleh dibilang kita menjadi teman yang cukup akrab di kantor. Dipasangkan dalam sebuah projek bersama semula terkesan akan menambah masalah dan merusak hubungan antara kita, namun hal yang tejadi malah sebaliknya. Saya dan rekan kerja saya menjadi lebih akrab dan tidak sabar lagi untuk bisa dipasangkan dalam projek-projek lainnya di kemudian hari. Seringkali apa yang direncanakan Tuhan boleh dibilang cukup aneh dan diluar dugaan kita, namun kita harus meresponi rencana Tuhan ini dengan sebuah rasa keihkalasan, rasa syukur, pikiran yang selalu positif dan rasa percaya bahwa rencana ini tergenapi karena Tuhan mengetahui dengan jelas apa yang terbaik untuk kita!
1 Tesalonika 5:18
“mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”
sumber : http://www.gracedepth.com
Rencana Tuhan Bukan Yang Selalu Teraman Dan Ternyaman, Namun Yang Terbaik
Reviewed by GKJW NGANJUK
on
Oktober 25, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: